========================================================================================================================

Jumat, 25 April 2014

TIDAK MENGENAL LIBUR

Tidak Mengenal Libur
Renungan Harian, Sabtu 26 April 2014
Baca: Lukas 13:10-17

"Ada enam hari untuk bekerja. Karena itu datanglah pada salah satu hari itu untuk disembuhkan dan jangan pada hari Sabat". (Lukas 13:14).


Bacaan Alkitab Setahun:
1 Raja-Raja 12-13

Hari Sabat adalah hari yang sakral bagi orang Yahudi. Namun, mereka mengartikan kesakralan Sabat itu secara berlebihan sehingga tidak seorang pun diperbolehkan melakukan suatu kegiatan pada hari itu sekalipun untuk menyembuhkan orang sakit. Bisa dibayangkan kalau hal ini dianut oleh dokter atau perawat sehingga mereka tidak mau menolong pasien yang sakit parah karena saat itu hari Sabat.Yesus memberikan wawasan berbeda tentang hari Sabat. Pada hari itu, Dia menyembuhkan perempuan yang bungkuk punggungnya karena dirasuki roh jahat selama delapan belas tahun. Kepala rumah ibadat kemudian melontarkan protes. Yesus menjawab kepala rumah ibadat itu dengan menekankan masalah “melepaskan” dan “dilepaskan”. Artinya, hari Sabat ada untuk melepaskan dan memerdekakan, bukan untuk mengikat dan membelenggu. Ya, Sabat justru hari yang tepat untuk melepaskan perempuan itu dari ikatan Iblis dan, dengan demikian, menyatakan kehadiran Kerajaan Allah yang penuh kuasa. Jika ternak saja bisa tetap diperhatikan pada hari Sabat, apalagi sesama manusia, bukan?Perbuatan baik tidak mengenal libur. Peraturan semestinya dibuat untuk mempermudah pelayanan, bukan untuk menghambat atau membatasinya. Mari kita mengikuti jejak keteladanan Tuhan Yesus. Dia mementingkan menolong orang lain daripada mematuhi peraturan yang membelenggu. Tidak ada satu kekuatan pun yang dapat menghentikan karya Kerajaan Allah. Biarlah melalui perbuatan baik kita Tuhan dipermuliakan dan Kerajaan-Nya dinyatakan.— ENO

Saya mempunyai sebuah ilustrasi :
Ada seorang pastur yang sangat terkenal akan kerohaniannya. Ia slalu berbuat baik s'tiap saat ketika ia melihat ada orang lain yg membutuhkan bantuan didepan matanya. Suatu ketika saat ia hendak pergi ke gereja (kebetulan ia menjadi pengkotbah di suatu gereja), tiba - tiba ia melihat seorang pengemis yang kurus bak seperti tinggal tulang lewat didepan pendeta tersebut. Ketika pendeta itu lewat didepan pengemis itu, ia berkata "Permisi, Maafkan saya pak, saya lagi terburu-buru ke gereja karena ini sudah saatnya khotbah" sambil melihat ke arah jam yang ada ditangan kirinya. Setelah berkata demikian, berlalulah pendeta tersebut menuju kearah gereja yang hendak ia tuju. Tiba - tiba di tengah perjalanan ia melihat ada seorang anak laki-laki (sekitar umur 5 tahun) melewati pendeta tersebut dan menuju kearah pengemis yang telah dilalui pendeta tersebut. Sejenak pendeta tersebut berhenti melangkah dan menoleh kebelakan melihat apa yang hendak anak tersebut lakukan 'tuk pengemis yang telah ia lewati sebelumnya. Tanpa ia sadari dan ia duga, anak tadi memberi sejumlah uang yang ada dikantongnya dan memberikannya kepada pegemis itu. Anak itu tau bahwa uang ia minta kepada kedua orang tuanya untuk membeli makan untuk dirinya, tetapi karena ia merasa kasihan dan ingat akan perkataan kedua orang tua serta guru sekolah minggunya tentang hal menabur , ia lantas mempraktikkannya, tanpa memikirkan bahwa itu adalah uang untuk membeli makan untuknya. Tanpa berpikir panjang dan dengan tangan menengadah kearah anak tersebut, pengemis itu berkata "Terimakasih anak muda, diusiamu yang sebegitu muda ini engkau mau menyisihkan sebagian rezeki mu untuk memberikan kepada saya yang tidak memmpunyai apa-apa ini. Semoga Tuhan akan membalas berlipat-lipat ya nak." Setelah pengemis itu selesai berbicara tiba-tiba anak tersebut menjawab,"iya om sama-sama, aku hanya menjalankan apa yang udah papa sama mama aku sama ka betty (guru sekolah minggunya). Mereka ngajarin aku supaya aku membantu orang-orang yang membutuhkan. Karna kata mama, papa dan kak betty, harta yang aku milikki sekarang bukan milikku, tetapi itu titipan dari Tuhan Yesus yang dititipin ke mama dan papa, ya udah om aku mau pergi ke gereja dulu. Dadah om.." Stelah mengucapkan kata perpisahan, berlalulah anak tersebut dan menuju kearah gereja. Dari kejauhan, pendeta tersebut yang sedang berhenti, sontak terkejut dengan apa yang ia lihat. Ia serasa malu, karena ia hanya memikirkan tentang pelayanannya di gereja, dan tak mengindahkan seorang pengemis yang berada didepannya. Tanpa ia sadar, Tuhan berkata kepadanya, "Hai anak-Ku yang Ku kasihi, sudahkah kau lihat, betapa mulianya anak itu. Ia memberikan seluruh uang yang ia punya untuk menolong sesamanya. Padahal ia tahu, ia tidak membawa sepeser pun lagi uang untuk membeli makan. Itulah mengapa dulu saat aku menjadi manusia mengajarkan kepada murid-murid-Ku mengapa aku memilih perumpamaan tentang anak kecil." Setelah mendengar perkataan tersebut, lemaslah kakinya dan tiha-tiba ia terjatuh dan tersungkur. Dan ia mengaku berdosa kepada Tuhan. -- YAC

PERBUATAN BAIK SELAYAKNYA TIDAK DIHAMBAT DAN DIBATASI,
MELAINKAN DIDUKUNG DAN DITUMBUHKEMBANGKAN

Tidak ada komentar:

Posting Komentar